Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Senin sore melemah sebesar 29 poin atau 0,17 persen menjadi Rp16.707 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.707 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan kurs rupiah dipengaruhi keyakinan investor bahwa The Fed takkan melonggarkan suku bunga dalam waktu dekat.
“Investor semakin yakin bahwa Federal Reserve kemungkinan besar tidak akan melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat, sebuah pergeseran yang disampaikan oleh beberapa pembuat kebijakan The Fed yang menekankan bahwa inflasi masih tetap tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja belum melemah secara signifikan,” ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Sentimen negatif terhadap rupiah juga disebabkan penutupan pemerintah AS yang cukup lama terjadi, sehingga membuat investor kehilangan indikator makro utama selama berminggu-minggu.
Baca juga: BI: Modal asing keluar bersih Rp3,79 triliun pada 10-13 November 2025
Penutupan pemerintah tersebut menunda rilis dari Biro Statistik Tenaga Kerja, termasuk laporan penggajian non-pertanian bulan September, yang kini akan dirilis pada hari Kamis (20/11).
“Hari ini para pedagang mengambil lebih banyak isyarat dari pidato beberapa pejabat The Fed. John Williams, Philip Jefferson, Neel Kashkari, dan Christopher Waller dijadwalkan akan berpidato hari ini,” ungkap Ibrahim.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah di level Rp16.734 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.710 per dolar AS.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.








































