Seorang pekerja migran Indonesia, Ari Rohman, mendorong gerobak saat mengumpulkan tandan buah segar kelapa sawit saat panen di sebuah perkebunan di Banting, Selangor, Malaysia. Foto: Hasnoor Husain/ ReutersPerusahaan-Perusahaan kelapa sawit di Malaysia dilaporkan mulai mengubah sebagian besar lahan sawit yang dimiliki, menjadi kawasan industri pusat data yang dilengkapi ladang panel surya. Keberadaan panel surya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi dari pusat data tersebut.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/11), salah satu perusahaan yang mulai melakukan hal tersebut adalah SD Guthrie Bhd. Perusahaan itu menawarkan diri sebagai pemilik lahan sekaligus pemasok energi hijau untuk pusat data.
“Di sinilah kami bisa memainkan peran penting dalam ekosistem ini,” kata Managing Director SD Guthrie, Mohamad Helmy Othman Basha.
SD Guthrie merupakan produsen sawit senilai USD 8,9 miliar dan penanam sawit terbesar di dunia dengan luas lahan lebih dari 340.000 hektare di Malaysia. Namun sekarang, SD Guthrie mulai mengalihkan lahan sawit mereka menjadi kawasan panel surya dan kawasan industri untuk perusahaan teknologi yang butuh ruang server.
Perusahaan telah menyiapkan 10.000 hektare untuk proyek tersebut untuk 10 tahun mendatang. Hal ini dimulai dengan membersihkan kebun karet tua dan lahan sawit berproduksi rendah di area dekat pusat investasi data center dan semikonduktor.
Mereka menghitung bahwa satu megawatt tenaga surya membutuhkan sekitar 1,5 hektare. Helmy mengatakan SD Guthrie menargetkan satu gigawatt beroperasi dalam tiga tahun, cukup untuk mengaliri sekitar 10 hyperscale pusat data yang digunakan untuk komputasi AI. Nantinya, bisnis baru ini diperkirakan menyumbang sepertiga laba perusahaan pada akhir dekade.
“Setiap inci lahan kami ke depan akan menghasilkan pendapatan,” ujar Helmy.
Tak hanya SD Guthrie, Kuala Lumpur Kepong Bhd (KLK) yang merupakan perusahaan sawit terbesar kedua di Malaysia juga baru meluncurkan KLK TechPark seluas 607 hektare dengan BYD sebagai penyewa utama.
KLK juga sedang merencanakan kawasan kedua yang hampir dua kali lipat luasnya. Kawasan itu direncanakan akan berada di Johor. Perusahaan mengkonfirmasi telah menerima minat dari pemain pusat untuk membangun kawasan tersebut.
Raksasa sawit Malaysia lainnya yakni IOI Corporation Bhd, juga sudah berencana mengalokasikan lahan perkebunan sawit mereka di Johor untuk proyek panel surya.
“Sebagai pemilik lahan besar, kami menargetkan membangun pembangkit surya dengan kapasitas tertentu atau setidaknya 300 megawatt,” kata CEO IOI, Lee Yeow Chor.
Target dari IOI Corporation adalah memanfaatkan area dengan pohon sawit tua atau lahan yang membutuhkan replanting.
Adapun saat ini KLK memiliki lahan sekitar 355.000 hektare lahan di Malaysia dan Indonesia. Sementara IOI memiliki hampir 200.000 hektare. Hal ini membuat SD Guthrie, KLK dan IOI Corporation menjadi tiga perusahaan yang memiliki lahan terluas atau ‘landbank’ di Malaysia.
Ilustrasi panel surya. Foto: ShutterstockIndustri Pusat Data Butuh Banyak Lahan untuk Panel Surya-Farm Server
Pada 2035, kebutuhan listrik untuk pusat data di Malaysia diperkirakan akan mencapai 5 gigawatt (GW) atau 20 persen dari kapasitas listrik negara tersebut.
Hal ini membuat industri pusat data membutuhkan lebih banyak pasokan seperti dari panel surya. Dengan begitu, kebutuhan akan lahan meningkat untuk ladang panel surya dan farm server atau fasilitas terpusat yang terdiri dari banyak server. Pada saat bersamaan, perusahaan sawit di malaysia menguasai lebih banyak lahan ketimbang entitas swasta lainnya.
Menurut analis DC Byte, Vivian Wong, hal ini memang menjadi kesempatan unik bagi perusahaan perkebunan sawit karena mereka memiliki lahan luas dan memungkinkan pengembangan pusat data berskala besar.
Laporan Maybank pada tahun lalu juga memperkirakan keuntungan bisnis ladang panel surya skala besar mencapai lebih dari 50 kali lipat rata-rata keuntungan dari budidaya sawit.
Saat ini, Malaysia memang berada di pusat ledakan industri pusat data di Asia Tenggara dan menjadi pasar pusat data dengan pertumbuhan tercepat di Asia-Pasifik. Saat ini, 40 persen kapasitas pusat data Asia Tenggara memang mengarah ke Malaysia.
Dalam empat tahun terakhir, investasi pusat data ke Malaysia mencapai USD 34 miliar. Investasi tersebut di antaranya terdiri dari Google yang menggelontorkan USD 2 miliar, Microsoft mengumumkan investasi USD 2,2 miliar, dan Amazon mengucurkan USD 6,2 miliar. Adapun pemerintah Malaysia menargetkan memiliki 81 pusat data pada 2035.
Adapun lonjakan permintaan lahan untuk industri pusat data di Malaysia merupakan efek dari Singapura yang menetapkan moratorium pembangunan pusat data selama beberapa tahun. Hal ini membuat operator pusat data bergerak ke Johor, Malaysia.
Saat ini, Johor juga mulai dipenuhi oleh pembangunan farm server milik Singtel, Nvidia, dan ByteDance.

5 days ago
19

,x_140,y_26/01kax7hxp9gssg76ng2npxjbe4.jpg)
,x_140,y_26/01kax76yr9hjr5fbw2c24n1n5g.jpg)
,x_140,y_26/01kax6rwg34neek8ya75cbpsz1.jpg)



































