Komoditas kelapa tengah memasuki masa keemasan. Menurut Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas), harga kelapa melonjak drastis dan kini memberikan keuntungan yang bahkan melampaui sawit.
Zulhas menjelaskan, lonjakan permintaan kelapa terjadi karena perubahan tren konsumsi global. Salah satu pendorong terbesar datang dari China, yang kini beralih menggunakan santan sebagai campuran kopi ketimbang susu. Pergeseran ini memicu peningkatan permintaan santan secara masif, sehingga mempengaruhi harga kelapa.
“Kelapa sekarang lakunya luar biasa. Kelapa dari Rp 2.000 sekarang sampai Rp 12.000 satu butir kelapa. Sekarang di Tiongkok, di mana-mana adalah dibikin santan untuk kopi. Jadi Tiongkok kopi tidak pakai susu lagi, pakai santan. Oleh karena itu kelapa kita di mana-mana dikejar sekarang ini,” kata Zulhas dalam acara Kompas 100 CEO di ICE BSD, Rabu (26/11).
Ia menegaskan, situasi itu membuat prospek perkebunan kelapa menjadi jauh lebih cerah ketimbang perkebunan sawit. “Kebun kelapa lebih untung dari kebun sawit sekarang,” tegasnya.
Zulhas menjelaskan, peluang peningkatan pendapatan petani semakin besar karena tren konsumsi tersebut diprediksi tidak bersifat sementara. Kenaikan harga kelapa bukan hanya terkait komoditas segar, tetapi juga turunan seperti santan, minyak kelapa, hingga produk olahan premium yang diserap pasar ekspor.
Untuk merespons peluang ini, pemerintah mulai memperluas distribusi bibit unggul kelapa kepada petani. Zulhas menyebut program itu menjadi bagian dari strategi pemberdayaan desa mendorong peningkatan produktivitas tanpa semata-mata mengandalkan bantuan sosial.
Ia menegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi desa akan ditopang melalui pengembangan perkebunan rakyat, termasuk kelapa, kopi, cengkeh, dan lada. Dukungan riset dari BRIN juga menjadi tulang punggung untuk menghasilkan varietas unggulan baru yang lebih produktif dan bernilai tinggi.
Zulhas juga menjelaskan bahwa upaya mendorong komoditas kelapa dilakukan bersamaan dengan program besar lain seperti swasembada pangan, pembangunan tambak, modernisasi sistem pangan desa, serta pembentukan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih yang berfungsi sebagai offtaker untuk hasil panen.
Namun, ia menegaskan bahwa kelapa adalah salah satu contoh nyata bagaimana desa dapat memperoleh nilai tambah lebih besar ketika komoditasnya selaras dengan permintaan global.
“Oleh karena itu kalau kita bagi bibit kelapa saja luar biasa. Kebun kelapa lebih untung dari kebun sawit sekarang Pak,” pungkasnya.

9 hours ago
2





































