Selamat menyambut Hari Guru Nasional, rekan-rekan seperjuangan!
Menjelang hari yang katanya spesial untuk kita ini, saya ingin mengajak kita merenung sejenak. Coba kita jujur pada diri sendiri. Pernahkah kita menghitung, dalam satu jam pelajaran, lebih sering mana suara kita terdengar?
"Siapa yang tahu jawabannya?"
"Wah, idemu bagus sekali!"
"Ayo kita diskusikan ini lebih dalam!"
Jujur, kadang kita merasa terjebak di pilihan pertama. Rasanya, energi kita lebih banyak habis untuk menjaga suasana tetap terkendali, baru setelah itu jika waktu masih tersisa kita bisa benar-benar mengajar.
Fenomena yang Ternyata Umum
Awalnya, saya kira ini hanya terjadi di kelas saya, atau mungkin di sekolah kita. Ternyata tidak.
Sebuah studi pendidikan di Indonesia pernah menunjukkan bahwa kita, para guru, memang dinilai sangat tinggi dalam aspek kedisiplinan dan pengelolaan kelas. Kita hebat dalam membentuk karakter dan menanamkan disiplin. Tapi sayangnya, itu belum selalu sejalan dengan tumbuhnya aktivitas belajar yang mendalam dan interaktif. Kita belum sempat memberi ruang yang cukup untuk eksplorasi dan kreativitas siswa.
Bahkan, fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Sebuah riset di Tiongkok (Frontiers in Psychology, 2022) menemukan fakta yang mencengangkan: lebih dari 50% perhatian guru di kelas ternyata habis digunakan hanya untuk mengatur keterlambatan dan ketertiban siswa, bukan untuk proses belajar itu sendiri.
Bukan berarti disiplin tidak penting. Tentu saja penting. Tapi kalau porsinya terlalu besar, ruang untuk belajar yang sesungguhnya bisa jadi sempit.
Lalu, kenapa kita sampai di titik ini? Apakah karena kita guru yang galak atau tidak ingin mengajar? Tentu tidak. Ada banyak alasan yang sebenarnya sangat manusiawi.
• Kelas yang "gemuk" dan beragam membuat kita harus punya energi ekstra hanya untuk menjaga ketertiban.
• Tumpukan administrasi dan target kurikulum yang padat sering membuat waktu kita terbagi.
• Tantangan perilaku siswa yang makin kompleks di zaman ini sering memaksa kita menjadi "manajer kelas" dulu, sebelum bisa menjadi fasilitator belajar.
Kita pun dihadapkan pada dilema abadi: pilih menjaga ketertiban, atau menumbuhkan minat belajar?

6 days ago
4

,x_140,y_26/01kax7hxp9gssg76ng2npxjbe4.jpg)
,x_140,y_26/01kax76yr9hjr5fbw2c24n1n5g.jpg)
,x_140,y_26/01kax6rwg34neek8ya75cbpsz1.jpg)



































