Jakarta (ANTARA) - SVP IT Infrastructure & Security Management PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) Aries Fajar Kurnia berharap realisasi kerja sama QRIS mancanegara (cross-border) dengan China dan India dapat meningkatkan pangsa pasar internasional bagi perusahaan jasa pembayaran asal Indonesia.
Ia mengatakan di Jakarta, Selasa, bahwa dalam penerapan cross-border QRIS selama ini, negara-negara ASEAN, yakni Malaysia, Thailand dan Singapura, masih menjadi pangsa pasar terbesar bagi anak usaha BUMN Danareksa dan Telkom Indonesia tersebut.
Sementara pangsa pasar di Jepang belum dapat dievaluasi karena cross-border QRIS baru diterapkan di Negeri Sakura sejak 17 Agustus 2025.
“Kami lagi monitor itu yang China sama nanti mungkin di India. Jadi, memang itu dua (negara) pasti akan cepat naiknya dibanding yang ini (ASEAN dan Jepang) karena memang trennya kan orang-orang kita (Indonesia) banyaknya (liburan) ke sana juga,” ucap Aries Fajar Kurnia.
Terkait kolaborasi cross-border QRIS dengan Tiongkok, ia menyampaikan bahwa proyek percontohan (pilot project) sudah dimulai sejak 17 Agustus lalu, bersamaan dengan diresmikannya implementasi QRIS di Jepang.
Ia menuturkan pengembangan pembayaran lintas negara tersebut pada dasarnya adalah skema kerja sama antarpemerintah (government-to-government/G2G), sehingga pihaknya belum mengetahui kapan peluncuran resmi layanan QRIS di China.
Meskipun demikian, Aries memastikan pihaknya siap mengikuti aturan sektor pembayaran di negara-negara yang menjadi target penerapan QRIS tersebut, terutama terkait dengan keamanan transaksi.
Ia menyatakan keamanan dalam transaksi cross-border QRIS harus dibangun melalui penguatan internal maupun standardisasi dengan mitra eksternal.
“Kami harus pastikan bahwa kami ini sudah comply (patuh) dulu dengan standard yang disampaikan oleh Bank Indonesia (BI),” katanya.
Aries menuturkan kepatuhan tersebut termasuk ketersesuaian dengan regulasi dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI), sertifikasi International Organization for Standardization (ISO), kerangka kerja Cybersecurity Framework, hingga aturan dalam Payment Card Industry (PCI) Data Security Standard.
Setelah memperkuat sisi internal, pihaknya juga akan memastikan mitra penyedia jasa pembayaran (payment switching) di negara lain, juga menerapkan standar keamanan yang setara, terutama terkait data handling.
"Yang paling penting lagi, kami juga buatkan semacam kayak fraud management system (sistem penanganan kasus penipuan)," ujarnya.
Sistem tersebut memungkinkan Jalin dan mitranya di negara lain untuk berdiskusi dan berbagi informasi tentang penanganan fraud maupun attack surface (titik potensial yang dapat diserang oleh pelaku kejahatan siber).
Fajar pun mengapresiasi peran Bank Indonesia selaku regulator serta Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) selaku wadah organisasi pelaku jasa pembayaran dalam mengembangkan ekosistem layanan pembayaran lintas negara tersebut.
Bank Indonesia, lanjut dia, terus melakukan evaluasi terkait implementasi PBI tentang keamanan siber (cyber security), sementara ASPI senantiasa mendorong kepatuhan dan meningkatkan kesadaran (awareness) para anggotanya untuk mewaspadai bahaya serangan siber melalui serangkaian simulasi kasus.
“Kalau saya perhatikan ya, ini awareness-nya itu yang paling penting ya, karena tanpa awareness ya semuanya ini (upaya untuk keamanan siber) cuma jadi pembahasan biasa saja gitu,” ujar Aries.
Baca juga: Jalin perkuat keamanan transaksi keuangan selama natal dan tahun baru
Baca juga: Direktur Utama Jalin raih Penghargaan Top 100 CEO 2024
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.








































