Indonesia Jadi Negara Kedua yang Batasi Akses Medsos Anak Usai Australia

5 days ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid memberikan keynote speech pada acara kumparan AI for Indonesia 2025 di The Ballroom at Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025). Foto: Aditia Noviansyah/kumparanMenteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid memberikan keynote speech pada acara kumparan AI for Indonesia 2025 di The Ballroom at Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Indonesia mengikuti jejak Australia, yang menerapkan pembatasan akses media sosial (medsos) untuk anak.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menyebut kebijakan ini adalah bentuk perlindungan terhadap sekitar 80 juta anak di Tanah Air dari paparan industri digital yang semakin agresif menyasar usia muda.

Hal itu disampaikannya dalam acara Puncak Anugerah Jurnalistik di Gedung Sapta Pesona, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (19/11).

“Kita tengah memotong akses dari industri yang masuk kepada 80 juta kurang lebih anak-anak Indonesia. Artinya mungkin tidak semua senang dengan aturan ini, karena sekali lagi kita memutus akses dari industri untuk masuk ke 80 juta anak Indonesia yang sesuai undang-undang adalah anak-anak di bawah 18 tahun,” ujar Meutya.

Ia menjelaskan, regulasi tersebut merupakan bagian dari PP Tunas (Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2025) yang diterbitkan pada Maret 2025. Mengikuti jejak Australia, Indonesia menetapkan periode transisi agar penyedia platform digital dapat menyesuaikan teknologi pembatasan usia.

“Memang PP yang lahir di bulan Maret ini memberikan waktu untuk adanya penyesuaian-penyesuaian, sebagaimana Australia,” ujar Meutya.

“Kita juga banyak belajar dari Australia sebagai negara pertama yang memiliki aturan pembatasan sosial media kepada anak, kemudian kita nomor dua. Benchmarking-nya memang menjadi agak menantang karena belum banyak negara yang memiliki langkah seperti ini,” lanjutnya.

Ia menambahkan, Australia membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun sejak pengesahan hingga aturan benar-benar diterapkan. Indonesia juga akan mengikuti pola serupa agar implementasi di lapangan dapat berjalan baik.

“Kemudian Australia itu dari diundangkan ada kurang lebih satu tahun, kemarin Desember baru betul-betul diterapkan. Karena selalu dalam PP atau undang-undang, kita memang memberikan waktu transisi,” jelas Meutya.

“Jadi artinya kita masih punya banyak waktu. Karena kalau kita lihat memang tuntutannya semakin besar saat ini, bahayanya juga semakin di depan mata,” sambung dia.

Menurut Meutya, edukasi menjadi kunci utama. Pemerintah masih perlu menggencarkan sosialisasi kepada orang tua, pemerintah daerah, hingga anak-anak itu sendiri.

“Kita masih perlu edukasi ke orang tua, kita masih perlu edukasi kepada pemda-pemda, kita perlu edukasi kepada anak-anaknya dan juga banyak pihak lainnya,” tegasnya.

Meutya menjelaskan bahwa sistem pembatasan di Indonesia memiliki pendekatan berbeda dengan negara lain. Alih-alih menetapkan satu batasan usia, Indonesia menerapkan rentang 13 hingga 18 tahun yang ditentukan berdasarkan profil risiko masing-masing anak.

“Indonesia agak berbeda dengan negara lain di mana kita membagi dari 13 sampai 18 tahun tergantung profil risiko. Australia misalnya pukul rata di 16 tahun. Tapi atas masukan banyak dari pemerhati anak yang memang fokusnya atau keahliannya adalah melihat tumbuh kembang anak, maka di Indonesia ini kita berikan range 13 sampai 18 tahun dengan profil risiko yang saat ini sedang kita sortir satu-satu,” ujar Meutya.

Ia menyebut pemetaan risiko ini akan menentukan kelompok anak yang membutuhkan proteksi lebih ketat.

“Mana yang profil risiko tinggi, mana yang dengan profil risiko bisa di 13 tahun dan sebagainya. Jadi akan banyak sekali ruang untuk kita bekerja sama, dan sekali lagi kerja sama kita ini bukan untuk Komdigi, bukan untuk pemerintah,” tutur Meutya.

“Tapi untuk anak-anak kita, untuk cucu-cucu kita, untuk sahabat-sahabat kita, saudara-saudara kita, agar kita semua bisa memanfaatkan teknologi dengan baik dan juga dengan selamat,” tandasnya.

Read Entire Article