Beijing (ANTARA) - China berkomitmen menindaklanjuti hasil konferensi perubahan iklim PBB COP30 di Belem, Brasil, serta mengimplementasikan Perjanjian Paris sebagai acuan, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning, Senin (24/11).
“China akan bekerja sama dengan pihak lain untuk mengimplementasikan hasil konferensi, memajukan kerja sama global menghadapi perubahan iklim, dan bersama-sama membangun dunia yang lebih baik,” ujar Mao dalam konferensi pers di Beijing.
Konferensi COP30 yang berlangsung di Belem, Brasil, pada 22 November 2025 diikuti 195 negara. Kesepakatan akhir, disebut Global Mutirão, dinilai jauh dari harapan banyak delegasi, LSM, dan kelompok lingkungan.
Dokumen hasil konferensi tidak menyebut secara eksplisit minyak, gas, dan batu bara sebagai sumber utama krisis iklim, serta minim langkah konkret untuk pengurangannya.
Konferensi ini menjadi pertemuan iklim internasional pertama setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump memutuskan mundur dari Perjanjian Paris pada Januari 2025.
“Setelah dua minggu negosiasi yang sulit, para pihak mencapai Paket Politik Belém yang positif dan seimbang. Ini menunjukkan tekad kerja sama global mengatasi perubahan iklim dan memberi kepastian implementasi UNFCCC serta Perjanjian Paris,” jelas Mao Ning.
Baca juga: Di COP30, RI-China bahas upaya efektif turunkan emisi gas rumah kaca
Mao menambahkan, COP30 menanggapi seruan negara berkembang untuk dialog terkait langkah-langkah unilateral yang membatasi perdagangan terkait iklim, sekaligus mengembangkan mekanisme transisi energi yang adil.
China diwakili Wakil Perdana Menteri Ding Xuexiang. Ding menawarkan tiga proposisi: tetap pada arah yang benar, menerjemahkan komitmen iklim menjadi tindakan, dan memperdalam keterbukaan serta kerja sama.
“Delegasi China berpartisipasi penuh dalam negosiasi, berupaya mencapai hasil positif. Pesan ‘Berusaha untuk berbuat lebih baik’ menjadi pesan politik utama tata kelola iklim global dekade berikutnya,” kata Mao Ning.
Kesepakatan COP30 mencatat jurang besar antara target menahan pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius dan realitas saat ini.
Tersedia pendanaan tiga kali lipat untuk adaptasi negara rentan, sebesar 120 miliar dolar AS per tahun. Namun pencapaian target diundur lima tahun menjadi 2035, bukan 2030.
Perdebatan sengit terjadi soal peta jalan transisi energi menjauh dari minyak, gas, dan batu bara.
Kelompok JustCOP menilai kegagalan utama adalah negara maju menolak memenuhi pendanaan di semua bidang, menggerus keadilan dan kepercayaan global.
Baca juga: Indonesia perkuat kolaborasi global pengelolaan gambut tropis di COP30
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

12 hours ago
1

,x_140,y_26/01kax7hxp9gssg76ng2npxjbe4.jpg)
,x_140,y_26/01kax76yr9hjr5fbw2c24n1n5g.jpg)
,x_140,y_26/01kax6rwg34neek8ya75cbpsz1.jpg)



































