Di antara deru kendaraan dan gedung-gedung tinggi kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, terselip sebuah kehidupan sederhana yang menolak untuk tergerus zaman.
Bukan kafe kekinian atau perkantoran, melainkan sebuah peternakan berisi sekitar 60 ekor sapi yang berdiri tenang di tengah kepungan pemukiman padat penduduk.
Saat lahan hijau Jakarta kian menyusut berganti beton, peternakan dengan nama Peternakan Sapi Dua Empat ini justru bertahan, menjadi saksi bisu perubahan wajah Ibu Kota selama puluhan tahun.
Tentunya bukan hal mudah bertahan di bidang peternakan di kawasan urban yang bahkan rumput liar pun sulit ditemukan karena tertutup aspal dan bangunan-bangunan yang berhimpitan.
Peternakan ini memiliki siasat bertahan khususnya dalam pemberian pakan ternak sapi untuk penggemukan. Di lahan yang sama, peternakan juga memiliki pabrik tahu.
Ampas tahu tidak dibuang begitu saja sebagai limbah, tapi diolah menjadi pakan ternak.
"Pabrik tahunya ini. Itu sama punya juragan juga. Jadi ampasnya enggak ke mana-mana buat makan sapi," ungkap pengurus peternakan itu saat ditemui, Minggu (23/11).
Di lahan seluas sekitar 200 meter persegi itu, sebanyak 60 ekor sapi digemukkan agar siap dijual pada Hari Raya Idul Adha. Setiap ekor sapi, diberi pakan campuran rumput, ampas tahu, dan kulit kacang.
"Kan ini mah khusus buat penggemukan ibaratnya kurban pasti habis semua, ntar habis itu datang baru lagi,” kata dia.
Selain tantangan pakan, peternakan di kawasan perkotaan juga memiliki tantangan untuk meminimalisir aroma tak sedap. Peternakan pun mensiasati bau dengan pembersihan kandang secara rutin.
“Kalau kotoran langsung sekali cair. Jadi setiap hari bersihin, mandi aja kan dua kali sehari," jelasnya.

1 day ago
12







































