Pekerja asal Indonesia di Proyek Monorail Osaka Jepang. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanDi balik rencana Prefektur Osaka membangun proyek monorel raksasa, rupanya ada dua pemuda asal Sumatera Utara (Sumut) yang turut menyumbangkan keringat.
Saat kumparan bertemu dengan Luhur Simatupang (21) dan Jubenri Gultom (23), di titik sibuk proyek konstruksi di Prefektur Osaka, keduanya tengah sibuk bekerja di antara mesin-mesin berat dan para pekerja Jepang yang bergerak dengan ritme cepat.
Mereka yang baru sejak tahun ini menginjakkan kaki di Negeri Sakura, sebelumnya tidak menduga akan terlibat langsung dalam pembangunan perpanjangan jalur monorel yang menjadi proyek kebanggaan pemerintah setempat.
Perjalanan Leo dan Gultom dimulai jauh sebelum tiba di Osaka. Mereka memulainya dengan ikut pelatihan di Medan. Kemudian mengikuti sesi wawancara sebelum diberangkatkan ke Jakarta untuk proses administrasi lanjutan.
Informasi awal yang mereka terima tidak terlalu jelas, mereka hanya disebut sebagai pekerja sipil yang akan menangani pekerjaan penggalian. Barulah ketika tiba di Jepang, mereka menyadari skala proyek yang menanti.
“Dan ternyata terkejut juga, ini rupanya proyek besar di Jepang, apalagi transportasi,” kata Leo, kepada wartawan di Osaka, dikutip Rabu (19/11).
Selama tiga bulan awal, mereka mengikuti pelatihan dan adaptasi, termasuk pembelajaran bahasa Jepang yang menjadi syarat utama sebelum terjun ke lapangan. Hasilnya tidak sia-sia, keduanya kini mengantongi sertifikat kemampuan bahasa Jepang level N3.
“Sampai sini belajar lagi, dapat sertifikat, dan lulus,” ujar Leo.
Bekerja di proyek raksasa Jepang membawa pengalaman baru, terutama terkait budaya kerja. Gultom merasakan sendiri betapa ketatnya standar keselamatan di sana. “Peraturannya ketat di sini, disiplin, dan semua harus selalu ditaati. Kecelakaannya minim, karena peraturannya ketat,” ungkapnya.
Suasana Pembangunan Monorail di Osaka Jepang. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanProyek Monorel Terpanjang yang Sedang Dikebut Osaka
Pemerintah Prefektur Osaka sedang mempercepat pembangunan perpanjangan Osaka Monorail yang akan memperluas akses transportasi publik di kawasan lingkar luar kota. Proyek ini digadang-gadang memperkuat konektivitas wilayah padat mobilitas sekaligus mengurangi ketergantungan warga pada kendaraan pribadi.
Perpanjangan jalur sepanjang 8,9 kilometer ini akan menghubungkan Kadoma City dan Uryudo. Saat ini, Osaka Monorail sudah beroperasi 28 kilometer, melayani sekitar 53 ribu penumpang setiap hari, dan menjadi salah satu moda penting yang menghubungkan Bandara Internasional Osaka Itami dengan beberapa kota satelit.
Direktur Traffic Planning Division/Traffic Strategy Office, Department of Urban and Public Works Prefektur Osaka, Eto Ryosuke, menjelaskan bahwa monorel dipilih karena bisa dibangun di atas ruang jalan yang sudah ada.
“Bagaimana membuat transportasi baru dengan menggunakan area jalan yang sudah ada, alternatifnya adalah monorail,” ujar Eto.
Engineer Department Transportation Strategy Office, Kamatsuka. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparanKepadatan lalu lintas di ring road Osaka menjadi salah satu alasan proyek ini harus segera diwujudkan. Dengan struktur ramping, monorel dapat dibangun tanpa pembebasan lahan besar, tantangan utama di kota padat seperti Osaka.
“Memang monorail tidak bisa mengangkut orang banyak, tapi paling tidak bisa mengurangi kemacetan dan mengurangi pengguna kendaraan pribadi,” lanjutnya.
Pembangunan saat ini telah mencapai 30 persen. Engineer Department Transportation Strategy Office, Kamatsuka, mengatakan depo ditargetkan selesai pada 2028 dan keseluruhan proyek rampung pada 2030. Total biaya pembangunan mencapai 140 miliar yen atau sekitar Rp 15,15 triliun.
“Sumber dana untuk pembangunan ini 50 persen dari pemerintah pusat dan sisanya dari Pemerintah Prefektur Osaka,” kata Kamatsuka.

5 days ago
19

,x_140,y_26/01kax7hxp9gssg76ng2npxjbe4.jpg)
,x_140,y_26/01kax76yr9hjr5fbw2c24n1n5g.jpg)
,x_140,y_26/01kax6rwg34neek8ya75cbpsz1.jpg)



































