Kasus bullying atau perundungan kembali menjadi sorotan publik. Salah satu contohnya adalah kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara, di mana pelaku peledakan diduga merupakan siswa yang dendam karena kerap menjadi korban perundungan.
Menanggapi hal ini, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengaku telah memiliki tim khusus untuk menangani kekerasan di lingkungan sekolah.
“Kita kan punya Tim Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di masing-masing sekolah,” kata Kepala Disdikpora DIY, Suhirman, melalui sambungan telepon, Selasa (11/11).
Tim Pencegahan Akan Diaktifkan Kembali
Suhirman mengatakan, berkaca dari peristiwa di SMAN 72 Jakarta Utara, pihaknya akan kembali mengaktifkan tim tersebut di seluruh sekolah di DIY.
“Dengan kejadian seperti itu, kami akan mengaktifkan kembali tim-tim di sekolah, termasuk guru BK, wali kelas, agar lebih mencermati anak-anak yang terlihat membutuhkan perhatian khusus terkait perilakunya,” ujarnya.
Tim ini beranggotakan unsur internal sekolah dan perwakilan Disdikpora, serta mendapat dukungan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY.
“Kami saling membantu. Kalau ada hal-hal khusus, kami koordinasi dengan DP3AP2 untuk memantau perkembangan anaknya,” jelasnya.
Suhirman berharap, kasus perundungan bisa diselesaikan di tingkat sekolah tanpa perlu berujung pada tindakan yang lebih ekstrem.
“Harapan kami, sekolah bisa menyelesaikan jika ada kasus perundungan atau bullying,” tegasnya.
Deteksi Penggunaan Internet Siswa
Suhirman juga mengaku kaget dengan kasus yang terjadi di Jakarta. Menurutnya, kejadian itu menunjukkan bahwa efek bullying bisa sangat serius, bahkan dipicu oleh faktor lain seperti pengaruh game berbahaya.
“Diduga juga ada pengaruh game. Itu yang mengingatkan kami untuk mengevaluasi kegiatan di sekolah dan lebih mencermati aktivitas siswa,” katanya.
Ia menegaskan, siswa tidak diperbolehkan bermain game di sekolah. Disdikpora bahkan berencana melakukan deteksi penggunaan internet siswa agar hanya digunakan untuk kegiatan belajar.
“Sekolah lewat teknisinya kami minta bisa mendeteksi penggunaan internet, mana yang dipakai untuk pembelajaran dan mana yang tidak,” pungkasnya.

2 weeks ago
6






































