Seorang ibu membagikan pengalaman menyentuh ketika putranya diam-diam mengambil mainan milik temannya. Awalnya, sang anak meminta izin untuk berkunjung ke rumah temannya tanpa alasan jelas. Kecurigaan muncul, hingga akhirnya ia mengaku telah mengambil mainan mobil tersebut tanpa izin. Momen itu menjadi titik penting, bukan karena kesalahan yang dibuat anak, tetapi karena keberaniannya berkata jujur.
Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Raden Mutiara Puspa Wijaya, M.Psi, menegaskan bahwa ketika anak berani mengakui kesalahan, itu berarti ia sedang memahami nilai benar–salah. Lalu, bagaimana orang tua sebaiknya bersikap ketika menghadapi situasi seperti ini?
Apa yang harus dilakukan?
Hal pertama yang perlu dilakukan orang tua adalah tetap tenang dan menunjukkan apresiasi atas kejujuran anak. Untuk anak pada fase ini, mengakui kesalahan adalah bagian dari proses perkembangan moral yang masih berlangsung.
“Saat anak berkata jujur, itu berarti ia sedang mempraktikkan internal moral compass. Bukan karena takut dimarahi, tapi karena mulai memahami nilai benar–salah.” kata Raden Mutiara Puaspa Wijaya, M.Psi kepada kumparanMOM, Rabu (26/11).
Selain itu, ini yang bisa dilakukan orang tua
Orang tua juga perlu memahami bahwa anak balita masih berada dalam fase egosentris, yaitu berpikir bahwa dunia berjalan sesuai keinginannya. Konsep tentang berbagi, meminta izin, dan memahami kepemilikan tidak muncul secara otomatis. Semuanya perlu diajarkan melalui contoh dan pengulangan yang konsisten.
“Karena kemampuan berpikir sebelum bertindak masih terbatas, anak usia 3 tahun membutuhkan contoh nyata, bukan ceramah panjang. Tapi memasuki usia sekitar 5 tahun, anak mulai dapat memahami konsep sebab-akibat secara sederhana," tutup Mutiara.

6 hours ago
4




































