Polisi menemukan seorang anak perempuan berusia 16 tahun disekap dalam sebuah kontrakan di Cikgu Tingudi, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Kamis (13/11) dini hari. Anak disabilitas speech delay itu sebelumnya dilaporkan hilang oleh keluarga.
Laporan kehilangan dibuat ke Polsek Bantargebang pada 12 November 2025. Korban hilang sejak Selasa pagi, 11 November 2025, usai pamit pergi jogging.
Keluarga korban yang juga turut mencari dan mendampingi korban, Anton, mengatakan keberadaan korban diketahui lewat jejak digital email di ponsel. Akun email sang ibu ternyata masih terhubung ke ponsel korban. Dari sinyal lokasi terakhir, diketahui posisi ponsel berada di wilayah Cikgu Tingudi.
“Jam tiga subuh kami bareng polisi langsung ke lokasi. Ternyata benar, anak itu ada di kontrakan panjang. Dia sendirian, lemas, dan masih pakai baju yang sama waktu hilang,” tutur Anton kepada wartawan, Kamis (13/11).
Anton bilang, pelaku berinisial JN. Dia ditangkap di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, tidak jauh dari kontrakan tempat menyekap korban.
JN merupakan pria dewasa yang bekerja sebagai buruh bongkar terpal di TPA Bantar Gebang. Ia diduga melakukan aksinya bersama satu rekannya yang kini dalam pengejaran polisi.
Berdasarkan informasi yang diterima Anton, JN bertemu dengan korban di lokasi jogging. Dia kemudian mengajak korban ngobrol dan merayu korban.
“Anaknya dikasih minuman, katanya minuman biasa, tapi ternyata dicampur sesuatu yang bikin korban linglung. Setelah itu korban nggak sadar dan dibawa ke kontrakan pelaku,” jelas Anton.
Diduga Ada Kekerasan Seksual
Selama disekap korban diduga mengalami kekerasan seksual. Hal ini terungkap berdasarkan hasil visum di RSUD Kota Bekasi.
“Sementara hasil visum menunjukkan ada tanda-tanda kekerasan seksual. Tapi detailnya masih menunggu laporan lengkap dari dokter,” ujar Anton.
JN juga diduga hendak menjual korban melalui aplikasi kencan. Informasi tersebut, kata Anton, muncul dari temuan pihak keluarga dan keterangan sementara yang dihimpun polisi.
“Katanya sempat mau dijual lewat aplikasi Omi. Tapi belum diketahui apakah sudah sempat ditawarkan atau belum,” ujarnya.
Usai diselamatkan dari lokasi penyekapan, korban sempat mendapat perawatan di RSUD Kota Bekasi. Saat ini korban masih mengalami trauma berat.
“Kalau ketemu orang asing dia langsung gemetar, masih takut. Kami juga mau bawa ke KPAI [Komisi Perlindungan Anak Indonesia] dan KPAD [Komisi Perlindungan Anak Daerah] biar dapat pemulihan mental,” kata Anton.
Anton meminta polisi memberikan hukuman berat kepada para pelaku.

1 week ago
8

,x_140,y_26/01kax7hxp9gssg76ng2npxjbe4.jpg)
,x_140,y_26/01kax76yr9hjr5fbw2c24n1n5g.jpg)
,x_140,y_26/01kax6rwg34neek8ya75cbpsz1.jpg)



































