Swasembada beras menjadi pekerjaan yang saat ini digarap Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman. Amran menegaskan 2025 menjadi tonggak bersejarah bagi ketahanan pangan nasional. Sebab, Indonesia tidak mengimpor beras sama sekali.
“Yang terpenting dulu ada dua hal. Satu, tidak ada impor sampai detik ini. Yang kedua adalah stok kita tahun lalu itu 1 juta lebih, sekarang kurang lebih 4 juta. Dan ini tidak bisa dibantah siapa pun. Dan ini keberhasilan kita semua,” kata Amran dalam program Info A1 kumparan, Kamis (25/9).
Amran mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras di gudang Bulog saat ini mencapai 3,9 juta ton dan diperkirakan masih di atas 3 juta ton pada akhir 2025. Jumlah ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
“Kalau ini nanti akhir tahun 3 juta ton, berarti itu beras petani Indonesia semua,” tegas Amran.
Amran menjelaskan produksi beras Januari sampai Oktober 2025 telah mencapai 31 juta ton, meningkat dari 27 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini diperkirakan masih bertambah hingga akhir tahun karena masih ada sawah yang belum panen.
“BPS estimasi itu 34 juta ton (produksi beras). Kemudian Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi produksi beras 34 juta-35 juta ton. Kemudian United States Department of Agriculture itu 34 juta ton. Sekitar itu produksi, akhir tahun nanti,” ungkap Amran.
Target produksi pemerintah yang ditetapkan hanya 32 juta ton. Sehingga capaian tahun ini sudah melampaui ekspektasi.
Amran menilai capaian ini tidak lepas dari transformasi pertanian tradisional ke arah modern. Berbagai teknologi seperti rice transplanter, drone, dan combine harvester telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas petani.
“Kalau pakai rice transplanter itu 4 jam bisa selesai 1 hektare. Kalau panen dulu 25 sampai 30 orang untuk 1 hektare, sekarang 4 jam selesai,” ujar Amran.
Selain itu, pemerintah juga mencetak sawah baru dan mengoptimalkan lahan rawa untuk meningkatkan produksi. Tahun ini tercatat ada 225 ribu hektare lahan baru, dengan rencana perluasan hingga 500 ribu hektare pada tahun depan.
Amran mengingatkan, fenomena iklim ekstrem seperti El Nino tetap bisa memengaruhi produksi hingga 10 persen. Karena itu, pemerintah menyiapkan cadangan surplus dan memperkuat infrastruktur irigasi.
“Kami pompanisasi, memperbaiki irigasi 2 juta hektare bersama Menteri Pekerjaan Umum. Kita lakukan semua yang bisa membantu petani,” jelas Amran.
Swasembada beras memang menjadi kabar baik yang disampaikan pemerintah. Namun, Amran menyebut keberhasilan Indonesia dalam swasembada membuat sejumlah negara tidak senang.
“Importir tidak senang. Negara lain tidak senang. Kalau Indonesia berdaulat, Indonesia swasembada, itu negara pengimpor tidak bahagia. Thailand, Vietnam, Kamboja, Pakistan, India. Mana senang? Tidak bahagia kan?” tutur Amran.