Warga Palestina suarakan optimisme yang rapuh seiring semakin banyak negara barat akui kenegaraan Palestina

1 week ago 8
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Gaza (ANTARA) - Warga Palestina menyampaikan harapan yang masih rapuh menyusul gelombang baru pengakuan Negara Palestina oleh negara-negara Barat, sementara Israel terus melanjutkan serangan militernya di Gaza.

Pada Minggu (21/9), Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal secara resmi mengakui kenegaraan Palestina dalam apa yang mereka gambarkan sebagai sebuah upaya untuk menghidupkan kembali prospek solusi dua negara. Prancis mengikuti langkah tersebut dalam sebuah pertemuan internasional tingkat tinggi pada Senin (22/9). Sejumlah negara lain juga mengumumkan pengakuannya terhadap Negara Palestina.

Langkah itu memicu penentangan keras dari Israel dan mencerminkan perbedaan arah kebijakan dengan Amerika Serikat, yang sejak lama menolak pengakuan sepihak atas kenegaraan Palestina.

Namun, bagi banyak warga Palestina, perkembangan itu menimbulkan pertanyaan yang mendesak. Apakah dukungan internasional ini akan benar-benar membawa perubahan nyata di lapangan, atau tetap hanya sebatas simbolis?

Di sebuah kamp pengungsian di kamp pengungsi al-Nuseirat di Jalur Gaza tengah, Om Mohammed al-Sheikh (50), seorang ibu dari enam anak, mengatakan kepada Xinhua, "Seluruh dunia berbicara tentang pengakuan terhadap Palestina, tetapi apa artinya bagi kami, warga Gaza, selama Israel masih terus melanjutkan perangnya terhadap kami?"

"Kami ingin perang berhenti, anak-anak kami kembali ke sekolah, dan kami ingin mendapatkan obat bagi yang sakit. Negara di atas kertas saja tidak cukup jika kenyataan di lapangan tidak berubah," ujarnya.

Yousef Abu Daya (27), seorang pekerja logam dari Gaza City, mengatakan bengkelnya, yang merupakan satu-satunya sumber penghasilannya, hancur pada awal perang. "Kami membutuhkan perubahan nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya pernyataan politik," katanya kepada Xinhua.

Di seluruh Gaza, suara-suara seperti itu menyoroti kesenjangan antara diplomasi tingkat tinggi dan kenyataan akan pengungsian, kekurangan pasokan, dan perang.

Esmat Mansour, seorang analis politik yang berbasis di Ramallah, menggambarkan pengakuan internasional itu sebagai "pencapaian penting" yang mencerminkan perjuangan dan pengorbanan Palestina selama puluhan tahun, namun "pengakuan ini tidak dengan sendirinya mengakhiri pendudukan atau menghentikan perang di Gaza."

Warga Palestina yang terlantar dengan barang-barang mereka melarikan diri dari Jalur Gaza utara menuju selatan, pada 9 September 2025. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad

"Pengakuan tidak menciptakan sebuah negara dengan sendirinya, tetapi hal itu menambah bobot politik dan moral," ujar Mansour.

"Pertarungan sesungguhnya masih ada di lapangan. Jika kita tidak memiliki kehadiran yang kuat di Tepi Barat dan Gaza, pengakuan akan tetap hanya bersifat simbolis," ujar dia.

Senada dengan sentimen tersebut, peneliti politik yang berbasis di Gaza, Tayseer Abed, mengatakan kepada Xinhua bahwa Palestina tidak lagi terisolasi di forum-forum internasional, dan pengakuan ini juga mengubah dinamika negosiasi di masa depan.

Abed menekankan bahwa Palestina harus memanfaatkan momen ini melalui persatuan internal dan upaya diplomatik yang terorganisir. "Dunia sedang membuka jendela untuk kita, tetapi untuk mencapainya tergantung pada kemampuan kita untuk tetap berpegang pada prioritas nasional," tambahnya.

Kedua pakar tersebut menekankan betapa rekonsiliasi Palestina sangat penting untuk mewujudkan keuntungan simbolis menjadi kemajuan nyata.

Mansour berpendapat bahwa Israel memandang pengakuan itu sebagai ancaman dan berusaha meredamnya melalui tekanan militer.

"Jika tidak ada konsensus internal, pengakuan ini dapat menjadi titik perselisihan lainnya alih-alih menjadi sumber kekuatan," ujar Mansour.

Abed menekankan bahwa pengakuan juga disertai dengan tanggung jawab. "Dunia berharap untuk melihat institusi-institusi Palestina yang mampu memerintah, bukan sebuah otoritas yang terbagi antara Gaza dan Tepi Barat," ujarnya.

"Rekonsiliasi tidak lagi menjadi pilihan, namun merupakan syarat mutlak untuk memanfaatkan momentum internasional ini," katanya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article