Gubernur Bali Wayan Koster dalam Peringatan Hari Lingkuan Hidup Sedunia di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (5/6/2025). Foto: Dok. IstimewaGubernur Bali Wayan Koster meminta Kementerian Perhubungan mengevaluasi layanan penyeberangan Jawa-Bali. Hal ini merespons tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya di Perairan Selat Bali, Rabu (2/7) malam lalu.
Koster berharap tak ada lagi insiden kapal penyeberangan tenggelam sehingga mengakibatkan penumpang yang selamat menjadi trauma, penumpang ditemukan tewas atau dinyatakan hilang di lautan.
Pengguna penyeberangan Pelabuhan Ketapang- Gilimanuk biasanya adalah masyarakat, wisatawan domestik, dan wisatawan mancanegara.
KMP Tunu Pratama Jaya yang karam di Selat Bali, Juli 2025 Foto: Instagram/@djplkemenhub151"Kalau (pengguna layanan penyebab seperti wisatawan) mancanegara gak banyak, namun saya sudah minta rakor Kementerian Perhubungan yang melibatkan semua pihak terkait agar melakukan evaluasi terhadap layanan penyeberangan antar-pelabuhan terutama pada pemilik angkutan," ujar di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Rabu (9/7).
"Ya (agar insiden kapal penyeberangan tenggelam tidak terulang kembali)," imbuhnya.
Sejumlah kendaraan antre memasuki kapal di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (10/5/2024). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
Foto udara sejumlah kendaraan antre memasuki kapal di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Senin (24/3/2025). Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTOBerdasarkan catatan kumparan, ada tiga kasus kapal tenggelam di prairan Selat Bali yang menjadi perhatian publik, yaitu:
1. KMP Rafelia II tenggelam saat berlayar dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang, pada Jumat, 4 Maret 2016. Kapal tenggelam disebabkan kelebihan beban. Kapal mengangkut 71 orang yang terdiri dari penumpang dan awak kapal. Insiden ini mengakibatkan 6 orang tewas.
Proses evakuasi korban KMP Yunicee yang ditemukan di Pantai Kelatakan, Bali. Foto: Dok. Basarnas Bali2. KMP Yunicee tenggelam saat antre untuk bersandar di Pelabuhan Gilimanuk, pada Selasa, 29 Juni 2021. Kapal tenggelam diduga karena kelebihan muatan dan adanya kebocoran pada lambung kapal serta gelombang dan arus kuat.
Ada banyak penumpang tak terdata dalam manifes kapal dan tidak menggunakan life jacket. Basarnas mencatat total penumpang dan awal kapal berjumlah 76 orang. Dalam insiden ini sebanyak 50 korban selamat, 9 korban tewas dan 17 korban dinyatakan hilang.
Keluarga Rido Anggoro korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama menangis saat menjemput jenazah di RSUD Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (8/7/2025). Foto: Budi Chandra Setya/ANTARA FOTO3. KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam 25 menit setelah lepas jangkar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, 2 Juli 2025. Kapal diduga mengalami kebocoran pada bagian mesin. Dalam insiden ini sebanyak 30 korban berhasil selamat, 12 korban meninggal dan 23 belum ditemukan.
Para keluarga berdatangan ke posko darurat di Pelabuhan Ketapang mengaku ada korban tak tercatat dalam manifes kapal.
Menhub Dudy Purwagandhi di Jakarta, Sabtu (12/4/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparanPernyataan Menhub
Sementara itu, Menhub Dudy Purwagandhi dalam raker dengan DPR pada Selasa (8/7) kemarin menyatakan, KMP Tunu Pratama Jaya telah melakukan pemeriksaan docking pada Oktober 2024 dan ramp check pada Juni 2025 dan hasilnya tak ada indikasi kerusakan.
Sebelum berlayar pada malam kejadian, nakhoda menyatakan kapal layak layar sehingga pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) mengeluarkan surat perintah berlayar.

1 month ago
11






































