PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) angkat bicara terkait rencana penggabungan atau merger dengan maskapai milik PT Pertamina (Persero), PT Pelita Air Service.
"Kami mengikuti panduan strategis dari Danantara, dan hingga saat ini dalam tahap analisis awal antara pemangku kepentingan di bawah arahan dan panduan strategis dari Danantara," jelasnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, Senin (22/9).
Reza menjelaskan pada prinsipnya pihak Garuda Indonesia menyerahkan sepenuhnya wewenang mengenai aksi korporasi tersebut kepada pemegang saham, dalam hal ini Danantara.
Di sisi lain, dari perspektif korporasi dan sesuai arahan pemegang saham, perusahaan juga masih proses pembenahan kinerja keuangan melalui restrukturisasi dan dukungan pinjaman dari Danantara.
Danantara memberikan dukungan awal berupa pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai Rp 6,65 triliun untuk mendanai kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO), yang merupakan bagian dari total dukungan pendanaan bernilai sekitar USD 1 miliar.
"Saat ini fokus utama Garuda Indonesia Group adalah bagaimana menjalankan transformasi komprehensif termasuk juga dengan mengoptimalkan dukungan shareholder loan dari Danantara," kata Reza.
Ditemui usai rapat, Reza enggan menjelaskan lebih lanjut terkait skema penggabungan maskapai pelat merah tersebut, apakah berbentuk merger atau konsolidasi melalui holding.
"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada para pemegang saham. Kami masih dalam tahapan perencanaan dari pemegang saham," tegasnya.
Rencana merger maskapai BUMN mencuat kembali usai PT Pertamina (Persero) akan restrukturisasi besar-besaran terhadap unit usaha non-inti. Bisnis di luar sektor migas dan energi terbarukan akan dipisahkan atau spin off, lalu diarahkan berada di bawah koordinasi Badan Pengelola Investasi Danantara.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, mengatakan langkah ini bagian dari transformasi bisnis untuk memperkuat fokus perusahaan sebagai entitas energi nasional.
“Untuk beberapa usaha kami akan spin off dan tentunya mungkin akan di bawah koordinasi dari Danantara akan kita gabungkan clustering dengan perusahaan-perusahaan sejenis. Sebagai contoh untuk Airline kami (Pelita Air) kita sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia,” jelas Simon dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (11/9).